Senin, 19 Juni 2017

Paguyuban GTT, PTT dan OPS Kec. Candipuro Sukses Laksanakan Bakti Sosial



Candipuro, 19 Juni 2017. Senyuman dan raut wajah bahagia terlihat saat anak-anak tersebut mendapat beberapa bingkisan berupa tas, seperangkat ATK dan uang saku lebaran. Adalah Paguyuban GTT, PTT dan Operator Sekolah yang menjadi promotor terselenggaranya acara tersebut. Kegiatan ini dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan yang dimanfaatkan untuk berbagi rizki kepada anak yatim di lingkungan Kecamatan Candipuro. Kegiatan tersebut diberi nama “Bakti Sosial Ramadhan” Paguyuban GTT, PTT dan Operator Sekolah Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang.

Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan semua pihak, baik dari anggota maupun non anggota. Dalam hal ini panitia sebagai pelaksana kegiatan sudah membulatkan tekad bekerja dengan ikhlas demi kelancaran dan kesuksesan acara. Di samping itu, dukungan secara langsung diberikan oleh Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Candipuro, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), PGRI Candipuro serta semua pihak yang terlibat. Terlebih saat acara berlangsung dihadiri oleh Bapak Yoga Pratomo (Camat Candipuro) dan Bapak Sis Winarko (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang). Walaupun tidak ada undangan secara formal beliau sudi hadir di acara ini, sungguh penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada beliau.

Adapun pelaksanaan kegiatan Bakti Sosial Ramadhan ini bertempat di SDN Sumberejo 01. Panitia membagikan bingkisan kepada 45 anak yatim dengan biaya yang diperoleh melalui sumbangan sukarela dari anggota maupun non anggota. Total dana yang masuk ke panitia sekitar sembilan juta rupiah berasal dari GTT, PTT, Lembaga Sekolah, PNS dll. Semua dana yang diperoleh tersebut 100% dialokasikan untuk pembelian tas sekolah, alat tulis sekolah dan uang saku anak.

Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Candipuro Ibu Ninik Robiyanti sangat kagum dan terharu kepada teman-teman GTT karena sudah ikhlas berbagi insha Allah perjuangan GTT di Candipuro ini bisa berhasil berkat doa anak-anak. Dalam kesempatan yang sama Bpk Sis Winarko sebagai Kepala Dinas Kabupaten Lumajang memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan tentang semangat juang guru serta memberikan motivasi kepada GTT, PTT di lingkungan Kecamatan Candipuro khususnya.

Selasa, 02 Mei 2017

Hardiknas, GTT/PTT dan OPS Candipuro Lumajang Orasikan Tiga Harapan kepada Pemkab Lumajang

LUMAJANG, (suarajatimpost.com) - Peringati Hari Pendidikan Nasional, GTT ( Guru Tidak Tetap ) atau PTT (Pegawai Tidak Tetap), Operasional Sekolah yang terhimpun dalam paguyuban GTT/PTT dan Operator Sekolah Kecamatan Candipuro Lumajang, orasikan tiga tuntutan pada pemerintah sesaat jelang dilaksanakannya  upacara bendera di lapangan Candipuro, Selasa (2/5).

Dikatakan oleh  Arie anggah irawan, ketua paguyuban, ketiga tuntutan yang disampaikan oleh pihaknya menyikapi dirasa kurang setimpalnya antara apa yang mereka lakukan dan mereka dapat.
"Masih kurang, terutama para Operator Sekolah (TU) kita bekerja siang malam mengolah data, tapi kerja kita kadang hanya dipandang sebelah mata, padahal karena operatorlah tunjangan sertifikasi bisa dinikmati," katanya.

Adapun ketiga tuntutan para GTT atau PTT dan Operator sekolah ini diantaranya mereka menginginkan dilaksanakannya pengangkatan CPNS utamanya untuk Tenaga Pendidik dan Kependidikan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang dan peningkatan kesejahteraan berupa tunjangan bagi Operator Sekolah dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang serta diterbitkannya SK Honorer oleh Bupati sesuai dengan Permendikbud No. 8 Tahun 2017.
Arie anggah irawan mewakili rekan seperjuangannya, berharap pemerintah menindak lanjuti keingingan pihaknya.

"Kami berharap betul, tugas amanah kamu berat, ini kita memperjungkan bangsa dengan mencerdaskan generasi penerus, jika kamipun kekurangan, maka kami akan terkendala dalam berkonsentrasi fokus pada anak didik kami," pungkasnya.

Pada saat keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 Pasal 8 Gubernur, Walikota dan Bupati di seluruh Indonesia  dilarang mengangkat tenaga honorer sejak tahun 2005 sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2007 dan sebagaimana beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2012 ditegaskan kembali “Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, semua Pejabat Pembina Kepegawaian dan pejabat lain di lingkungan instansi, dilarang mengangkat tenaga honorer atau yang sejenis, kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.”
Bahwa yang perlu digaris bawahi adalah kalimat “kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”.

Maka keluarlah Permendikbud No. 8 Tahun 2017 tentang guru honorer negeri wajib mendapat SK dari pemerintah daerah. Sehingga dengan keluarnya permendikbud tersebut SK Honorer dari Pemerintah Daerah wajib dilaksanakan karena sudah memiliki kekuatan hukum.

Senin, 17 April 2017

Legenda Tari Jaran Kencak di Kabupaten Lumajang – Jawa Timur



Salah satu warisan budaya lokal Indonesia adalah tari Jaran Kencak Lumajang. Tarian Jaran Kencak tidak sebatas pada kepentingan hajatan masyarakat saja namun dalam aktifitas seperti festival kesenian daerah Lumajang telah mempercayakan pada sekelompok kesenian Jaran Kencak, kesenian Jaran Kencak mulai dikenal kurang lebih oleh masyarakat atau daerah lain.

Jaran Kencak atau disebut juga Kuda Kencak merupakan salah satu ikon kesenian kota Lumajang. Asal mula terbentuknya ikon kuda sebagai budaya kota Lumajang adalah pada saat itu Jaran Kencak lahir pada masa kerajaan Lamajang Tigang Juru. Hal ini diperkuat dengan bukti ditemukannya patung dari batu bata yang mirip dengan kuda kencak saat ini. Diduga relief jaran kencak yang ditemukan di daerah Kunir tersebut berasal dari kerajaan Lamajang Tigang Juru.

Kesenian ini adalah bentuk ekspresi suka cita masyarakat dari wilayah yang makmur dan sejahtera. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa kesenian Jaran Kencak ini sebagai bentuk penghormatan kepada kuda kesayangan Ranggalawe putra dari Arya Wiraraja yang bernama Nila Ambhara. Sebagaimana banyak diceritakan, baik Arya Wiraraja maupun Ranggalawe merupakan raja yang sangat dicintai oleh rakyatnya.
 
patung mirip jaran kencak yang di temukan di desa Kunir - Lumajang
Disebutkan pula bahwa pada awalnya Jaran Kencak di sebut dengan jaran kepang meskipun bukan terbuat dari anyaman bambu, karena pada saat itu kuda yang di kenderai rombongan dari Ponorogo hendak mengirimkan delegasi ke bali, untuk menjalin persaudaraan kerabat dan sudara Batara Kathong dari kerajaan Majapahit yang mengungsi ke bali.

Namun ketika sampai di Lumajang, kuda yang di kenakan seragam jazirah perang seperti di pewayangan untuk di persembahkan di bali memberontak kesana kemari dan menendang-nendang tiada henti melawan rombongan, hingga dibuat sebuah keputusan bahwa kuda dan beberapa penjaga untuk tetap tinggal di lumajang untuk menenangkan kuda, sedangkan rombongan tetap melanjutkan ke Bali. Hingga akhirnya kuda yang memberontak menjadi tenang dan jinak kembali, warga sekitar yang melihat kuda dijinakan tersebut merasa terhibur, Sejak saat itu menjadi sebuah kesenian bernama Jaran Ngepang yang berarti kuda menendang, namun lebih dikenal dengan nama Jaran Kepang.

Pada tahun 1806, cakraningrat sampang memindahkan sebanyak 250.000 orang sampang madura ke pulau jawa bagian tapal kuda seperti Lumajang. Orang madura yang menjadi punduduk lumajang juga menggemari kesenian bernama jaran Kepang ini, karena seokor kuda dengan kostum perang khas pewayangan jawa bertarung berdiri menggunakan dua kaki dengan pawangnya, setelah kemerdekaan republik Indonesia jaran kepang lebih di kenal dengan jaran pencak dan menjadi Jaran Kencak yang dikenal hingga saat ini.

Jaran Kencak memiliki arti Kencak artinya cara memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus tepat mengikuti gendang. Bila gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda akan berhenti dengan sendirinya”. Jaran Kencak juga sering ikut serta menyemarakkan hajatan pemerintahan seperti pada hari jadi kota Lumajang atau peringatan besar nasional, hal demikian semakin menambah semaraknya mengembangkan kualitas dan kuantitas kesenian Jaran Kencak.

Di masyarakat Lumajang khususnya, kesenian ini sering dijadikan acara hiburan saat masyarakat menggelar hajatan. Kesenian Jaran Kencak sering berkaloborasi dengan kesenian lain, seperti tari glipang hingga reog ponorogo. Mereka akan di arak keliling kampung menuju rumah kerabat tuan rumah yang sedang mengadakan hajatan. Jaran kencak juga sering digunakan untuk mengiringi khitan, pernikahan hingga karnaval pemerintahan hari jadi lumajang (harjalu).

Saat ini jaran kencak bisa di jumpai di luar lumajang, bahkan orang madura yang setelah belajar jaran kencak membuat kesenian serupa dengan nama Jaran Serek di kota Sumenep. Kita bisa menjumpai kesenian tersebut di Lumajang, Jember, Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan, Bondowoso dan Situbondo. Karena daerah tersebut dulunya adalah satu wilayah tapal kuda dalam kekuasaan Kerajaan Lamajang Tigang Juru (Majapahit Timur) yang beribukota di Lumajang pimpinan Arya Wiraraja.

Referensi
1.      Wikipedia Jaran Kencak
2.      Challtis, Fianto, Hidayat, Vol. 4, No.2, Art Nouveau, 2015
3.      Sejarah Lumajang

Selasa, 11 April 2017

Coret Seragam Saat Lulusan Adalah Bentuk Penghinaan Terhadap Sekolah


Setiap lembaga sekolah di seluruh Indonesia sebentar lagi akan melaksanakan kegiatan Ujian Sekolah. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran yang menentukan lulus dan tidaknya siswa tersebut dilihat melalui ujian. Kegiatan inilah yang menjadikan siswa merasa tidak tenang dan cenderung berfikiran yang negatif dengan apa hasil yang akan diperolehnya nanti. Apakah berakhir dengan air mata bahagia atau air mata kesedihan.

Permasalahan yang muncul ketika si anak merayakan kelulusan. Mungkin sudah menjadi kebiasaan sehingga sulit diubah, yaitu ketika si anak mengetahui hasil kelulusan dan merayakan dengan corat-coret seragam sekolah. Ini kelihatannya sudah biasa, tapi sebenarnya ini adalah bentuk penghinaan terhadap sekolah. Mengapa ? berikut alasannya :

1.    Sekolah ibarat sangkar
Ketika siswa menempa pendidikan selama bertahun-tahun di sekolah dengan pemberian berbagai macam tugas dan soal-soal latihan. Tapi ketika lepas (lulus) terlihat seperti burung yang lepas dari sangkar. (lepas dari berbagai macam tugas) yang akhirnya diekspresikan dalam bentuk corat-coret seragam sekolah.
2.    Bertolak belakang saat sebelum ujian
Sebelum ujian berlangsung banyak dan bahkan hampir seluruh siswa akan melaksanakan doa bersama, memohon diberikan kelancaran saat ujian. Bahkan hingga meneteskan air mata demi lulus dalam ujian. Tapi setelah lulus? Konvoi, corat-coret seragam dan lain sebagainya.
3.    Lambang sekolah
Mungkin si anak tidak menyadari bahwa lambang sekolah, lambang organisasi (OSIS), atau mungkin bendera merap putih yang menempel pada seragam ikut tercoret. Inilah bentuk penghinaan terhadap sekolah yang selama ini sudah mendidik si anak.
4.    Pandangan negatif masyarakat
Saat melihat konvoi anak sekolah yang merayakan kelulusan, seragam sudah tercoret, maka masyarakat sudah pandai menilai tingkah laku anak. Masyarakat akan berfikiran negatif “kok diperbolehkan main corat-coret seragam?” “dari sekolah mana ini?”  secara tidak langsung lembaga sekolah yang kena dampaknya.

Sudah saatnya hilangkan kebiasaan corat-coret seragam sekolah. Ada baiknya seragam yang masih layak dipakai disumbangkan kepada adik kelas yang kurang mampu. 

Sadarlah wahai anakku
Bahwa seragam yang kau kenakan itu
Terdapat lambang sekolahmu,
Terdapat Lambang organisasimu,
Bahkan benderamu...
Jangan kau coret lambang kebesaranmu itu....

Selasa, 17 Januari 2017

SDN Sumberejo 01 Sukses Pertahankan Gelar Juara Umum



Candipuro,  Pada gelaran lomba siswa SD se Kecamatan Candipuro tahun 2016 yang lalu SDN Sumberejo 01 meraih Piala Juara Umum untuk kali pertama. SDN Sumberejo 01 berhasil mengumpulkan emas terbanyak dari beberapa SD di Kecamatan Candipuro. Adapun jenis lomba yang dipertandingkan antara lain lomba siswa prestasi, lomba MIPA, kreatifitas Mapel Pend. Agama Islam dan O2SN. Saat itulah raihan tersebut menjadi penyemangat untuk berjuang mempertahankan gelar tersebut di tahun 2017.
Pada tahun 2017 ini SDN Sumberejo 01 kembali berhasil mempertahankan gelar juara umum pada kegiatan lomba yang sama. Pada gelaran tahun ini lomba dilaksanakan ditempat yang berbeda-beda, baik itu lomba siswa prestasi, lomba MIPA, kreatifitas siswa, Mapel Pend. Agama Islam ataupun O2SN. Adapun tempat tersebut antara lain dilaksanakan di SDN Jarit 01, SDN Candipuro 01, SDN Candipuro 03, SDN Sumberwuluh  04 dan khusus untuk O2SN dilaksanakan di beberapa lembaga SD di wilayah Kecamatan Candipuro.
SDN Sumberejo 01 sukses mengangkat Piala Bergilir untuk kali kedua setelah berhasil menduduki puncak klasemen dengan mengumpulkan 7 emas 4 perak dan 3 perunggu dengan jumlah 14 trophy. Bersaing ketat dengan SDN Jarit 01 diposisi kedua dengan mengumpulkan 4 emas 4 perak dan 2 perunggu total 10 trophy. Diposisi ketiga diduduki oleh SDN Penanggal 01 dengan mengumpulkan 3 emas 4 perak dan 3 perunggu total 10 trophy. Berikut ini adalah daftar perolehan medali lomba tingkat SD Kecamatan Candipuro tahun 2017


Kesuksesan ini merupakan buah kerja keras dari semua elemen yang terlibat yakni dewan guru sebagai pembina, siswa yang bersangkutan, doa seluruh siswa guru orang tua, dan orang tua sebagai pendukung. Pelaksanaan pembinaan dilakukan saat liburan semester 1 hingga menjelang dilaksanakan lomba. Ini merupakan bentuk usaha dewan guru untuk terus berupaya menjadi yang terbaik. Alhamdulillah saat hari terakhir sekaligus penentuan juara lomba ternyata anak-anak mampu menambah 3 emas dan 1 perunggu. Dengan demikian gelar juara umum tetap untuk SDN Sumberejo 01. 

SEMANGAT  UNTUK SISWA-SISWI SDN SUMBEREJO 01 CANDIPURO – LUMAJANG
PERTAHANKAN GELAR JUARA UMUM TAHUN DEPAN