CERITA RAKYAT LUMAJANG
Penulis :
Rokhmat Jevan Aliangga, S.Pd.SD.
Pada suatu malam Raja Sminingrat berniat untuk
bisa mengisi kekosongan pemimpin wilayah pulau jawa bagian timur, tepatnya di
daerah lereng gunung semeru yang bernama Lamajang atau sering orang bilang
lemah ajang. Daerah Lamajang disebut lemah ajang karena wilayahnya seperti
ajang atau wajan yang dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan besar. Selama ini di
Lamajang belum ada seorang pemimpin sama sekali, bahkan sebelum Kerajaan
Singosari berdiri. Raja berkata “Nak! Saat
ini di Lamajang sedang membutuhkan seorang pemimpin, berangkatlah kamu nak
untuk menjadi pemimpin disana”. Maka diutuslah sang putri Kirana oleh
ayahanda tercinta yaitu Raja Sminingrat untuk pergi ke arah timur bernama
Lamajang dan menjadi raja perempuan pertama disana. “Baiklah ayahanda, putri akan selalu melakukan apa yang ayahanda minta”
Mereka berangkat bersama-sama dengan pasukan dan sebagian kecil rakyat
singosari.
Putri kirana mengangkat beberapa pengawal tangguh yang berdiri di sekitar kerajaan. Pengawal setia yang siap melindungi sang putri dari ancaman orang-orang jahat. Suatu ketika sang putri ingin keluar kerajaan untuk melihat pemandangan sekitar. Tak sengaja ada seorang pemuda sakti bernama Maling Aguno terpesona akan kecantikan sang putri. Pemuda itu dikenal sebagai orang yang suka menculik putri-putri bangsawan kerajaan, oleh karena itu orang menyebutnya sebagai Maling Aguno. Beberapa kali pemuda itu berusaha menemui sang putri bermaksud untuk melamar. “Siapa kau anak muda?” tanya pengawal kerajaan. “Namaku Aguno, aku ingin bertemu putri” jawab Aguno. “Apa maksud kedatanganmu?” Tanya Pengawal, “Aku ingin melamar sang putri” jawab Aguno. “Kau tidak boleh menyentuh sang putri, hadapilah aku” jawab sang pengawal. Terjadilah pertarungan antara pengawal tangguh melawan Maling Aguno, namun usaha pemuda tersebut gagal hingga berkali-kali karena perlindungan sang pengawal kerajaan.
Karena usahanya tidak pernah berhasil untuk
melamar sang putri, muncullah niat jahat pemuda tersebut. “Aku harus mendapatkan sang putri, bagaimanapun caranya” Maling
Aguno pun berniat menculik putri melalui melalui lubang rahasia di dalam tanah.
Karena hanya dengan cara inilah akan bisa masuk ke dalam kerajaan putri kirana.
Maka, dengan menggunakan kesaktian maling aguno dibuatlah terowongan bawah
tanah yang konon sangat panjang sekali. Saat tepat berada di bawah kerajaan Putri
Kirana sang Maling Aguno membuka jalur terowngannya, sehingga aguno berhasil
memasuki wilayah kerajaan tanpa sepengetahuan pengawal kerajaan. Aguno berkata “Putri ikutlah denganku”, Sang putri
sangat terkejut dengan kedatangan Maling Aguno, “Tidak! Keluarlah kamu dari kerajaanku” jawab sang putri. Sontak sang
putri berhasil diculik oleh Maling Aguno dibawanya masuk ke dalam gua tersebut.
Beberapa pengawal terkejut mendengar teriakan sang putri minta tolong. “Toloooong aku... Lepaskan aku”. Berlarilah
pengawal masuk ke dalam kamar sang putri dan ternyata kamar sudah dalam keadaan
kosong. Ada salah seorang pengawal putri menemukan lobang bawah tanah, masuklah
kedalam gua untuk menemukan sang putri. Lagi-lagi usahanya gagal karena didalam
gua sudah buntu tertutup dengan tanah. Sampai akhirnya pengawal menyerah dalam
pencarian sang Putri Kirana.
Kerajaan sedang dalam kekosongan pemimpin tinggal
seorang dari keluarga kerajaan bernama Prabu Arya Wiraraja. Dialah yang menjadi
harapan satu-satunya rakyat Lamajang. Pada disuatu malam Prabu Arya Wiraraja
mendapat firasat buruk, terdengarlah suara gemuruh dari arah gunung semeru
disertai hujan yang sangat lebat. “Gleeerrr......!”
Melihat situasi yang sangat mencekam pada malam itu, Prabu Arya Wiraraja memerintahkan
untuk meninggalkan wilayah tersebut berpindah ke arah timur untuk menghindari
bencana letusan dan banjir lahar gunung semeru. “Wahai pasukanku dan rakyatku, malam ini kita harus meninggalkan
kerajaan, aku mendapat firasat buruk malam ini” tegas prabu Arya Wiraraja.
Maka berbondong-bondonglah mereka menuju ke arah timur untuk menghindari
firasat buruk yang akan terjadi di sana.
Ternyata bencana benar-benar terjadi, letusan
gunung semeru dan banjir lahar yang sangat besar menyapu bersih kerajaan putri
kirana. Sungai-sungai meluap dengan sangat besar, pohon-pohon tumbang tersapu
air bah gunung semeru. Melihat situasi tersebut prabu Arya Wiraraja tidak lagi
membangun kerajaan disana. Mereka mencari tempat yang lebih aman dari ancaman bencana
gunung semeru. Bersamaan dengan itu Prabu Arya Wiraraja mendapat hadiah tanah
yang sangat luas dari Raja Majapahit saat itu yang bernama Raden Wijaya.
Prabu Arya Wiraraja pun membangun sebuah kota besar di dekat sungai bondoyudo yang diberi nama Kota Arnon (sekarang
kutorenon). Prabu Arya Wiraraja tidak lagi menginginkan bencana banjir terulang
kembali yang pernah menghancurkan kerajaan Putri Kirana beberapa waktu yang
lalu. Oleh karena itu, Prabu Arya Wiraraja membangun sebuah bendungan raksasa yang
sangat panjang. Selain digunakan untuk menahan banjir sungai bondoyudo,
bangunan itu juga bisa digunakan sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh.
Bangunan raksasa itu dikenal dengan nama biting atau benteng. Kerajaan besar itu dikenal
dengan nama “Lamajang Tigang Juru” sang penguasa timur pulau Jawa.
Narasi ini diambil dari: 1) Cerita kakek, nenek, buyut dan 2) Sejarah Kota Lumajang
Narasi ini diambil dari: 1) Cerita kakek, nenek, buyut dan 2) Sejarah Kota Lumajang