Jumat, 17 Januari 2020

LEGENDA CANDI GEDHONG PUTRI

CERITA RAKYAT LUMAJANG

Penulis : Rokhmat Jevan Aliangga, S.Pd.SD.


Alkisah pada jaman dahulu, ada sebuah kerajaan besar berdiri di pulau jawa bernama kerajaan singasari. Disana rakyat hidup dengan damai, aman, sejahtera, pepohonan tumbuh dengan subur, dan air sungai mengalir dengan jernih.  Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Sminingrat. Beliau adalah raja yang disegani oleh rakyatnya karena beliau sudah memimpin kerajaan dengan sangat tegas dan menjadi pelayan rakyatnya. Raja sminingrat mempunyai seorang anak perempuan yang cantik rupawan bernama Nararya Kirana atau sering disebut Putri Kirana. 

Pada suatu malam Raja Sminingrat berniat untuk bisa mengisi kekosongan pemimpin wilayah pulau jawa bagian timur, tepatnya di daerah lereng gunung semeru yang bernama Lamajang atau sering orang bilang lemah ajang. Daerah Lamajang disebut lemah ajang karena wilayahnya seperti ajang atau wajan yang dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan besar. Selama ini di Lamajang belum ada seorang pemimpin sama sekali, bahkan sebelum Kerajaan Singosari berdiri. Raja berkata “Nak! Saat ini di Lamajang sedang membutuhkan seorang pemimpin, berangkatlah kamu nak untuk menjadi pemimpin disana”. Maka diutuslah sang putri Kirana oleh ayahanda tercinta yaitu Raja Sminingrat untuk pergi ke arah timur bernama Lamajang dan menjadi raja perempuan pertama disana. “Baiklah ayahanda, putri akan selalu melakukan apa yang ayahanda minta” Mereka berangkat bersama-sama dengan pasukan dan sebagian kecil rakyat singosari. 


Perjalanan itu amat sangat melelahkan, karena mereka harus melewati pegunungan tinggi, jurang yang sangat dalam serta sangat membahayakan. Di tengah perjalanan rombongan beristirahat sejenak “Kuatkanlah langkahmu wahai pasukanku! Kita pasti sampai ditanah Lamajang”. Karena kegigihan para pasukan dan suntikan penyemangat oleh sang putri Kirana. Sampailah mereka disuatu wilayah yang sekarang ini dikenal dengan nama Candipuro. “Wahai rakyatku! Disinilah kita membangun kerajaan! Sambil menunjuk ke arah sungai sang putri berkata “Disana ada sebuah sungai jika kalian membutuhkan air, maka ambilah gunakan untuk keperluan kalian” Disana mereka membangun sebuah peradaban baru diwilayah Lamajang, mereka membangun rumah penduduk, membuka lahan bercocok tanam serta membangun sebuah candi sebagai tempat tinggal sekaligus kerajaan sang Putri Kirana. 



Putri kirana mengangkat beberapa pengawal tangguh yang berdiri di sekitar kerajaan. Pengawal setia yang siap melindungi sang putri dari ancaman orang-orang jahat. Suatu ketika sang putri ingin keluar kerajaan untuk melihat pemandangan sekitar. Tak sengaja ada seorang pemuda sakti bernama Maling Aguno terpesona akan kecantikan sang putri. Pemuda itu dikenal sebagai orang yang suka menculik putri-putri bangsawan kerajaan, oleh karena itu orang menyebutnya sebagai Maling Aguno. Beberapa kali pemuda itu berusaha menemui sang putri bermaksud untuk melamar. “Siapa kau anak muda?” tanya pengawal kerajaan. “Namaku Aguno, aku ingin bertemu putri” jawab Aguno. “Apa maksud kedatanganmu?” Tanya Pengawal, “Aku ingin melamar sang putri” jawab Aguno. “Kau tidak boleh menyentuh sang putri, hadapilah aku” jawab sang pengawal. Terjadilah pertarungan  antara pengawal tangguh melawan Maling Aguno, namun usaha pemuda tersebut gagal hingga berkali-kali karena perlindungan sang pengawal kerajaan. 


Karena usahanya tidak pernah berhasil untuk melamar sang putri, muncullah niat jahat pemuda tersebut. “Aku harus mendapatkan sang putri, bagaimanapun caranya” Maling Aguno pun berniat menculik putri melalui melalui lubang rahasia di dalam tanah. Karena hanya dengan cara inilah akan bisa masuk ke dalam kerajaan putri kirana. Maka, dengan menggunakan kesaktian maling aguno dibuatlah terowongan bawah tanah yang konon sangat panjang sekali. Saat tepat berada di bawah kerajaan Putri Kirana sang Maling Aguno membuka jalur terowngannya, sehingga aguno berhasil memasuki wilayah kerajaan tanpa sepengetahuan pengawal kerajaan. Aguno berkata “Putri ikutlah denganku”, Sang putri sangat terkejut dengan kedatangan Maling Aguno, “Tidak! Keluarlah kamu dari kerajaanku” jawab sang putri. Sontak sang putri berhasil diculik oleh Maling Aguno dibawanya masuk ke dalam gua tersebut. Beberapa pengawal terkejut mendengar teriakan sang putri minta tolong. “Toloooong aku... Lepaskan aku”. Berlarilah pengawal masuk ke dalam kamar sang putri dan ternyata kamar sudah dalam keadaan kosong. Ada salah seorang pengawal putri menemukan lobang bawah tanah, masuklah kedalam gua untuk menemukan sang putri. Lagi-lagi usahanya gagal karena didalam gua sudah buntu tertutup dengan tanah. Sampai akhirnya pengawal menyerah dalam pencarian sang Putri Kirana. 


Kerajaan sedang dalam kekosongan pemimpin tinggal seorang dari keluarga kerajaan bernama Prabu Arya Wiraraja. Dialah yang menjadi harapan satu-satunya rakyat Lamajang. Pada disuatu malam Prabu Arya Wiraraja mendapat firasat buruk, terdengarlah suara gemuruh dari arah gunung semeru disertai hujan yang sangat lebat. “Gleeerrr......!” Melihat situasi yang sangat mencekam pada malam itu, Prabu Arya Wiraraja memerintahkan untuk meninggalkan wilayah tersebut berpindah ke arah timur untuk menghindari bencana letusan dan banjir lahar gunung semeru. “Wahai pasukanku dan rakyatku, malam ini kita harus meninggalkan kerajaan, aku mendapat firasat buruk malam ini” tegas prabu Arya Wiraraja. Maka berbondong-bondonglah mereka menuju ke arah timur untuk menghindari firasat buruk yang akan terjadi di sana. 


Ternyata bencana benar-benar terjadi, letusan gunung semeru dan banjir lahar yang sangat besar menyapu bersih kerajaan putri kirana. Sungai-sungai meluap dengan sangat besar, pohon-pohon tumbang tersapu air bah gunung semeru. Melihat situasi tersebut prabu Arya Wiraraja tidak lagi membangun kerajaan disana. Mereka mencari tempat yang lebih aman dari ancaman bencana gunung semeru. Bersamaan dengan itu Prabu Arya Wiraraja mendapat hadiah tanah yang sangat luas dari Raja Majapahit saat itu yang bernama Raden Wijaya.

Prabu Arya Wiraraja pun membangun sebuah kota besar di dekat sungai bondoyudo yang diberi nama Kota Arnon (sekarang kutorenon). Prabu Arya Wiraraja tidak lagi menginginkan bencana banjir terulang kembali yang pernah menghancurkan kerajaan Putri Kirana beberapa waktu yang lalu. Oleh karena itu, Prabu Arya Wiraraja membangun sebuah bendungan raksasa yang sangat panjang. Selain digunakan untuk menahan banjir sungai bondoyudo, bangunan itu juga bisa digunakan sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Bangunan raksasa itu dikenal dengan nama biting atau benteng. Kerajaan besar itu dikenal dengan nama “Lamajang Tigang Juru” sang penguasa timur pulau Jawa.

Narasi ini diambil dari: 1) Cerita kakek, nenek, buyut dan 2) Sejarah Kota Lumajang